Rabu, 13 Mei 2020

ARTIKEL KELAYAKAN BISNIS


Sebelum kita membahas lebih jauh kita harus mengetahui apa sih analisis kelayakan bisnis itu? Analisis kelayakan bisnis adalah proses yang menentukan apakah ide bisnis entrepreneur dapat menjadi bisnis yang sukses. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah suatu ide bisnis layak direalisasikan.  Analisis kelayakan bisnis dapat dikaji dari empat aspek utama, yaitu produk dan jasa, industry dan pasar, organisasi dan keuangan. Sementara rencana bisnis merupakan alat perencanaan yang mengubah ide bisnis menjadi kenyataan. Rencana bisnis disusun berdasarkan studi kelayakan, tetapi memberikan gambaran yang lebih komprehensif dari pada studi kelayakan. Investasi memiliki 4 kriteria investasi yaitu di antaranya adalah :
1.      Payback Peroid
Payback Period adalah periode atau jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan nilai investasi yang telah dikeluarkan. Payback Period dalam bahasa Indonesia dapat disebut juga dengan Periode Pengembalian Modal. Para Investor atau Pengusaha sering menggunakan Payback Period (PP) atau Periode Pengembalian Modal ini sebagai penentu dalam mengambil keputusan Investasi yaitu keputusan yang menentukan apakah akan menginvestasikan modalnya ke suatu proyek atau tidak. Suatu proyek yang periode pengembaliannya sangat lama tentunya kurang menarik bagi sebagian besar investor.
2.      Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit Cost Ratio merupakan salah satu alat evaluasi kelayakan investasi, biasanya benefit cost ratio sering dilakukan karena mudah yaitu perbandingan benefit dan cost.
3.      Net Presen Value (NPV)
Net Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk dan nilai sekarang dari arus kas keluar pada sebuah waktu periode. NPV biasanya digunakan untuk alokasi modal untuk menganalisa keuntungan dalam sebuah proyek yang akan dilaksanakan.
4.      Internal Rate Of Return (IRR)
Internal rate of return (IRR) adalah singkatan dari Internal Rate of Return yang menjadi salah satu acuan penghitungan efisiensi dari sebuah investasi. Secara sederhana, penghitungan IRR dapat menjadi dasar apakah sebuah investasi layak dilakukan atau tidak. Sebuah investasi yang dianggap layak jalan harus memenuhi kriteria nilai IRR lebih tinggi ketimbang minimum acceptable rate of return atau minimum attractive rate of return.
Di bawah ini adalah satu contoh kasus dan perhitungan penilaian investasi dengan NPV :
Sebuah Perusahaan A ingin membeli sebuah mesin produksi untuk meningkatkan jumlah produksi produknya. Diperkirakan harga mesin tersebut adalah Rp.150 juta dengan mengikuti aturan suku bunga pinjaman yakni sebesar 12% pertahun. Untuk Arus Kas yang masuk pada perusahaan itu diestimasikan sekitar Rp.0 juta pertahun selama 5 tahun. Apakah rencana investasi pada pembelian mesin produksi diatas dapat dilanjutkan?

Diketahui :
Ct = Rp.50 juta
C0 = Rp.150 juta
r = 12% (0,12)

Jawaban :
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150
NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi, nilai untuk NPV-nya adalah Rp.30,24 juta.

Kalian dapat menonton video di bawah ini untuk memahami bagaimana perhitungan investasi dengan NPV.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar