Sebelum
kita membahas lebih jauh kita harus mengetahui apa sih analisis kelayakan
bisnis itu? Analisis kelayakan bisnis adalah proses yang menentukan apakah ide
bisnis entrepreneur dapat menjadi bisnis yang sukses. Tujuannya adalah untuk
menentukan apakah suatu ide bisnis layak direalisasikan. Analisis kelayakan bisnis dapat dikaji dari
empat aspek utama, yaitu produk dan jasa, industry dan pasar, organisasi dan
keuangan. Sementara rencana bisnis merupakan alat perencanaan yang mengubah ide
bisnis menjadi kenyataan. Rencana bisnis disusun berdasarkan studi kelayakan,
tetapi memberikan gambaran yang lebih komprehensif dari pada studi kelayakan.
Investasi memiliki 4 kriteria investasi yaitu di antaranya adalah :
1.
Payback Peroid
Payback
Period adalah periode atau jumlah tahun yang diperlukan untuk mengembalikan
nilai investasi yang telah dikeluarkan. Payback Period dalam bahasa Indonesia
dapat disebut juga dengan Periode Pengembalian Modal. Para Investor atau
Pengusaha sering menggunakan Payback Period (PP) atau Periode Pengembalian
Modal ini sebagai penentu dalam mengambil keputusan Investasi yaitu keputusan
yang menentukan apakah akan menginvestasikan modalnya ke suatu proyek atau
tidak. Suatu proyek yang periode pengembaliannya sangat lama tentunya kurang menarik
bagi sebagian besar investor.
2.
Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Benefit
Cost Ratio merupakan salah satu alat evaluasi kelayakan investasi, biasanya
benefit cost ratio sering dilakukan karena mudah yaitu perbandingan benefit dan
cost.
3.
Net Presen Value (NPV)
Net
Present Value (NPV) adalah perbedaan antara nilai sekarang dari arus kas yang
masuk dan nilai sekarang dari arus kas keluar pada sebuah waktu periode. NPV
biasanya digunakan untuk alokasi modal untuk menganalisa keuntungan dalam
sebuah proyek yang akan dilaksanakan.
4.
Internal Rate Of Return (IRR)
Internal
rate of return (IRR) adalah singkatan dari Internal Rate of Return yang menjadi
salah satu acuan penghitungan efisiensi dari sebuah investasi. Secara
sederhana, penghitungan IRR dapat menjadi dasar apakah sebuah investasi layak
dilakukan atau tidak. Sebuah investasi yang dianggap layak jalan harus memenuhi
kriteria nilai IRR lebih tinggi ketimbang minimum acceptable rate of return
atau minimum attractive rate of return.
Di bawah ini adalah
satu contoh kasus dan perhitungan penilaian investasi dengan NPV :
Sebuah
Perusahaan A ingin membeli sebuah mesin produksi untuk meningkatkan jumlah
produksi produknya. Diperkirakan harga mesin tersebut adalah Rp.150 juta dengan
mengikuti aturan suku bunga pinjaman yakni sebesar 12% pertahun. Untuk Arus Kas
yang masuk pada perusahaan itu diestimasikan sekitar Rp.0 juta pertahun selama
5 tahun. Apakah rencana investasi pada pembelian mesin produksi diatas dapat
dilanjutkan?
Diketahui :
Ct = Rp.50 juta
C0 = Rp.150 juta
r = 12% (0,12)
Jawaban :
NPV = (C1/1+r) +
(C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) +
(50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150
NPV = (44,64 + 39,86 +
35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi, nilai untuk
NPV-nya adalah Rp.30,24 juta.
Kalian dapat menonton
video di bawah ini untuk memahami bagaimana perhitungan investasi dengan NPV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar